Posts

Showing posts from April, 2024

TIDAK ADA MAKAN SIANG GRATIS

Image
Kampus gue punya program yang namanya “International Coffee Hour”. Ini adalah acara yang diselenggarakan oleh International Student Organization. Semua orang, baik mahasiswa, staff, faculty dan community member boleh hadir untuk mingle bareng, ngopi, dan menikmati makanan serta camilan dari berbagai negara yang disiapkan oleh para mahasiswa.  Ini sudah menjadi tradisi di kampus gue dan mayoritas kampus di Amerika. Sebagai negara melting pot, event seperti ini membantu sekali untuk mengembangkan social skill seluruh komunitas kampus. Di sini kita bisa meeting new people, making new friends, atau sekedar mampir intermezzo dari penatnya kuliah dengan ngopi-ngopi, ngemil, dan makan siang gratis. Int'l Coffee Hour  Seperti biasa, acara Coffee Hour diselenggarakan di gedung Memorial Hall. Bendera dari berbagai negara serta foto kegiatan mahasiswa menghiasi ruangan. Ada banyak booth juga di sana, dari mulai booth organisasi mahasiswa yang memperkenalkan kegiatan mereka, hingga booth ...

OBAT HOMESICK

Image
Photo by Polina Tankilevitch from Pexels Gue diperkenalkan dengan Dora oleh seorang staf kantor penyelenggara beasiswa saat menghadiri acara pre-departure orientation. Jadi, sebelum para grantee (penerima beasiswa) dikirim ke kampus masing-masing di Amerika, penyelenggara mengadakan orientasi sebagai bekal informasi awal persiapan kami di sana. Pada momen ini lah kami bertemu grantee dari seluruh Indonesia. Selain kami, mereka juga mengundang mahasiswa Amerika yang sedang melakukan studi atau penelitian di Indonesia. Dengan begitu, kami bisa saling membantu satu sama lain. Dora (tentu bukan nama sebenarnya) sangat ramah dan hangat. Senyumnya cerah ceria. Bukan hanya bibirnya yang tersenyum, tapi juga matanya. Energi ramahnya benar-benar menyeruak, semerbak, ga bisa ditahan, ga bisa dimanipulasi. Ia bak Miss Congeniality dalam event itu, mengalahkan seorang grantee Indonesia yang sibuk muter-mter memperkenalkan diri dan beramah-tamah pada lebih dari 400 orang grantee di ballroom itu. S...

LET ME WEAR THAT CLOWN MASK COZ I DON’T DESERVE HAPPINESS

Image
  ‘Do I have to live like this every day?’ Itu adalah judul sketsa yang dikirimkan oleh bestie gue. Sketsa itu dibuat oleh anaknya yang saat itu ia duduk di bangku sekolah dasar. Di tengah kertas putih itu tergambar sketsa kasar sosok seperempat badan manusia yang dipenuhi dengan coretan benang kusut disekujur tubuhnya dengan tinta berwarna hitam.  Tidak ada wajah ataupun rambut di bagian kepala sosok itu. Yang ada hanya headphone yang terpasang di telinga serta tulisan kata ‘SORRY’ dengan tinta merah tepat di area dahi. Lalu ada guratan tinta merah yang sepertinya menggambarkan darah yang menetes dari bawah telinga kanan dan kiri. Tetesannya terus mengalir hingga ke pundak. I swiped to observe the next picture. Di lembar kedua, gambaran sosok manusia itu sekarang setengah badan. Ia mengenakan hoodie dan tampak menenteng backpack.  Di bagian kepala tergambar wajah yang lengkap. Kedua alis kanan dan kiri melengkung ke atas tepat ke arah tengah dahi, mata yang berkaca-kaca,...

A GAME-CHANGING ACTIVITY I USED TO UNDERESTIMATE

Image
There is this activity that I used to underestimate. Gue mengira itu hanya lah aktivitas biasa saja yang bisa dilakukan hampir semua orang. Tapi memang kalau belum mengalaminya langsung, kita hanya bisa berprasangka. Dan gue pun akhirnya mengakui bahwa kegiatan tersebut bukan aktivitas biasa. That activity is a gamechanger for me. Photo by Evelina Wong on Unsplash Pernah liat iklan susu yang mengkampanyekan jalan 10.000 langkah? Gue, waktu liat iklan itu, bertanya-tanya: kenapa cuma jalan? Emang efektif? Atau baru efektif kalau angkanya minimal 10.000 langkah? Gara-gara iklan itu, gue jadi iseng ngecek jumlah langkah gue melalui apps, setelah suatu hari gue jalan-jalan di mall. Angka di apps menunjukkan 8686 langkah. Ternyata ga secape itu. Tapi itu mungkin karena gue jalannya di mall. Lalu gue lihat jumlah kalori yang terbakar. Hmmm… not a bad idea. I think I just found my kinda sport: JALAN-JALAN DI MALL!! *** I’m not really into sports. At least, that’s what I thought. Entahlah… se...

MY FOUR-LEAF CLOVER NAMED JO

Image
  Seseorang mengetuk pintu ruangan gue. Tanpa berpaling dari komputer, gue mempersilakan orang tersebut masuk. Pintu terdengar dibuka, namun gue tetap asyik mengamati data di layar komputer. Selang beberapa detik, keadaan sepi. Tidak ada orang yang berdiri atau duduk di hadapan gue dan mengutarakan maksud kedatangannya sebagaimana yang biasa dilakukan rekan kerja gue. Menyadari hal itu, gue pun mengalihkan pandangan ke arah pintu. Pintu terbuka sedikit. Sebentuk kepala nongol di sana seakan terjepit, meninggalkan siluet tubuh yang terbentuk di balik pintu berbahan kaca yang dilapisi stiker ornamen karya artistik bos gue. Sosok kepala dengan wajah tanpa ekspresi itu sangat familiar di mata gue. Gue auto tersenyum dan seketika ceria setelah sepagian berkutat dengan pekerjaan. Gue tinggalkan data di depan komputer, lalu menghampiri dan menyambutnya.  Mari kita sebut sosok itu Jo. Jo is one of my greatest buddies. Ia pernah menjadi part-timer di kantor kami sebelum akhirnya mendir...

TRADISI LEBARAN KELUARGA YANG TAK MUDAH UNTUK DIWARISKAN

Image
Apa tradisi lebaran di keluarga kalian? Tradisi unik yang mungkin ga dimiliki keluarga lain. Tradisi lebaran yang terus dijaga bahkan diwariskan dari generasi ke generasi. Photo by Timur Weber: @pexels Kalau di keluarga gue, kayaknya tradisi lebaran kami adalah tangis-tangisan. But it’s not fair to call it “kami” as in the whole members of the family, karena yang tangis-tangisan hanya nyokap gue dan siblingsnya, which means pakde (alm.), bude, tante, dan om gue. Di setiap Hari Raya, keluarga besar kami bertemu dan berkumpul. Sebagaimana keluarga Indonesia pada umumnya, kami saling bersalam-salaman sambil mengucapkan “Mohon maaf lahir batin”. But our parents, begitu bertemu, mereka auto nangis sambil bersalaman, berpelukan dan saling meminta maaf.  Keran airmata seolah sudah diset timernya dan terbuka as soon as mereka bertemu, padahal tidak ada kata-kata lain yang diucapkan. Tidak ada kalimat lain, tidak ada drama, tidak ada kejadian apa-apa. Yang ada hanya ucapan memohon pengampun...

JARANG DIBAHAS - LEBARAN KALI INI, JANGAN LUPA LAKUKAN INI JUGA

Image
Waktu kecil, alih-alih tahun baru, gue sering menggunakan momen Hari Raya sebagai tonggak untuk memulai resolusi baru. Gue merasa Hari Raya menghadirkan rasa yang berbeda: rasa kebaruan, suci, dan seperti Pertamina, mulai dari nol. Mungkin ini yang gue maknai sebagai kembali ke fitrah. That’s why saat itu gue ga ngerti kenapa orang-orang bikin resolusi saat tahun baru karena tidak terasa energi yang spesial di hari itu. It’s just like any other day.  Photo by Karolina Grabowska/pexels Tapi kala itu gue masih kecil. Belum ngerti yang namanya resolusi. Jadi yang gue lakukan hanya niat untuk melakukan sesuatu hal dengan lebih baik. Fokusnya bisa diberbagai area, seperti ibadah, pendidikan, atau sikap dan perilaku. Yah… disesuaikan dengan kebutuhan saat itu saja. Baca juga: How Ramadhan Has Changed Me Once And For All Time passes by. Entah sejak kapan gue tidak lagi menerapkan hal itu. Gue tidak lagi melakukan renungan dan evaluasi diri. Rasanya enggan mengingat-ingat hal-hal yang suda...

BEN DAN KAOS MERAHNYA

Image
Sebut saja ia Ben. Dia adalah teman yang sangat baik. Pembawaannya kalem. Tutur bicaranya lembut dan selalu diiringi dengan senyum. Entah bagaimana ia melakukannya. Ia juga tampak cuek dan hanya peduli pada pelajaran. Tipikal geek gitu lah. Ben itu polos, apa adanya. Cenderung jujur dan blak-blakan. Ben ga neko-neko dan nyaris ga peduli dengan dunia luar. Dia hanya fokus pada diri, ibu dan adik-adiknya saja. Ben berdarah Amerika - Malaysia. Hal ini membuat pertemanan kami menjadi lebih seru. We feel like we have things is common. Dia bisa sedikit bicara Bahasa Melayu jadi gue sering iseng bicara pakai Bahasa Indonesia saat ngobrol dengan Ben. Ben punya kenangan masa kecil di Malaysia. Namun setelah orang tuanya berpisah, ia belum pernah lagi pergi ke Malaysia. Baca juga: Is Marriage for Everyone? Suatu hari, kami berencana belajar bareng. Ben mengajak gue belajar di gedung lain selain SLC (Student Learning Centre) dan perpustakaan. Ambiencenya terasa lebih santai karena suasanannya leb...