Posts

THE KIND OF STORY I MISS TO READ

Image
Do you have stories that you miss to read or listen? The kind of story that makes you feel so fulfilled. Kisah yang bikin rasa lapar dan haus kalian terhadap sebuah cerita begitu terpenuhi sehingga menjadi kenyang dan tenang. Coz I do. There is this kind of story that I miss to read or listen to.  Gue rindu membaca cerita yang menghangatkan hati. Cerita yang tak jarang bikin gue relate sehingga merasa menjadi dan menjalani hidup sebagai manusia normal karena ternyata ada manusia lain yang juga mengalami hal serupa. Tapi di mana bisa membaca tulisan-tulisan mereka itu? Gue jadi teringat seorang teman di sebuah retreat yang kami ikuti bersama. Dia tampak begitu unik di mata gue. Saat sedang berlatih di kelas, ia tampak sangat santai ketika mentor kami sedang menjelaskan. Kadang dengan cueknya ia duduk dengan mengangkat satu kaki di kursi - hal yang agak kurang lazim untuk ditemui di negara kita. Namun saat sesi meditasi tiba, ia menjadi begitu khusyu. Baca juga cerita: My Four-Leaf C...

MY TWO SUPPORTING KEY POINTS IN ADOPTING SLOW LIVING

Image
Photo by Erika Andrade: www.pexels.com Come to think of it, I realized that there are two key points that support my choice in adopting slow living. Keduanya hadir berbarengan dan ternyata saling mendukung satu sama lain. Gue tidak pernah dengan sengaja merencanakannya. Bahkan pada saat itu terjadi, gue belum mengenal slow living. So, maybe it was a guidance from the Universe for me to live the ultimate life that I was aiming for.  Kunci yang pertama adalah keputusan untuk berhenti dari pekerjaan. Dan yang kedua adalah keputusan untuk menyewa rumah setelah keluar dari rumah fasilitas kantor. Artikel terkait: What Life Is Like After Applying Slow Living Quitting my 9-5 job mengkalibrasi nyaris seluruh kehidupan gue. Gue seperti mulai dari titik awal, hanya saja bukan benar-benar nol. Ada sedikit modal tabungan untuk gue bertahan hidup sambil menata ulang kehidupan gue. Dan setelah menjalaninya selama delapan tahun, mata gue semakin terbuka bahwa pintu rezeki luas terbentang. Detach ...

WHAT LIFE IS LIKE AFTER APPLYING SLOW LIVING

Image
Photo by Aida: https://www.pexels.com Sudah sekitar empat tahun gue menerapkan slow living, and I really wish that I had known it sooner karena ternyata ini adalah “kehidupan yang sebenarnya” that suits me perfectly. Hari demi hari gue diajarkan satu dan lain hal tentang hidup. Banyak trial and error juga, but my life has tremendously changed after applying slow living! It’s literally a whole new world - shining, shimmering, splendid. So, this is what my life is like after applying slow living for four years. Slow living, yang lebih gue maknai sebagai intentional living , bikin gue sadar dan melihat bahwa tidak wajib hukumnya untuk menjalani hidup seperti apa yang diajarkan oleh society. Hidup bukan medan perang, juga bukan kompetisi. Hidup ga harus memaksakan diri, sikut-sikutan, dulu-duluan, cepet-cepetan, atau kaya-kayaan. Bekerja tidak selalu tentang jabatan mentereng, tempat kerja bonafide, gaji besar, atau as simple as pergi pagi pulang sore. Sukses juga bukan tentang harta, pan...

ONE SIMPLE YET ESSENTIAL QUESTION YOU NEED TO ASK YOURSELF

Image
  Pagi tadi sebuah pertanyaan datang sekelebat ke otak gue. Tiba-tiba gue mempertanyakan diri gue sendiri, “Do you really want it? Are you sure? Yakin? Beneran?” And in that instant, that one simple question changed the whole course of my morning. It’s one simple yet essential question you might need to ask yourself, too. Gue terdiam sambil memfokuskan indera pendengaran pada kicau burung pagi yang memainkan alunannya guna menyelaraskan gelombang otak gue. Pagi menjadi terasa lebih hening dan damai walau telah ramai suara para tetangga beraktivitas pagi. Gue tidak melibatkan otak gue dalam mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.  Itu bukan ranah pertanyaan untuk otak gue. Kepala gue akan menjadi terlalu bising dengan berbagai alternatif jawaban dan analisis yang disodorkan oleh otak bila gue bertanya padanya. Gue pun memilih diam dan memfokuskan diri pada indera pendengaran dan kesadaran melalui hembusan nafas gue. Baca juga: Bersahabat Dengan Masalah “I think I’m just curio...

TAKE THE TIME TO HEAL

Image
Take the time to heal from everything that has hurt you or caused you grief. Make the time to heal. That’s just how much you tell yourself that you care and love yourself. Kita manusia. Kita semua punya hati untuk merasa. At some point, kita pasti pernah merasa terluka. Tapi seringkali kita mengabaikannya dari waktu ke waktu tanpa tahu dampak yang ditimbulkannya dalam hidup kita. Kita mungkin ga sadar bahwa apa yang pernah terjadi pada diri kita saat kecil menimbulkan luka batin yang dalam. Terkadang kita justru ga tau bahwa ada luka di dalam sana. Saking terbiasanya dengan luka mungkin bahkan kita membuat diri kita mati rasa. Artikel terkait: Let Me Tell You, There's Nothing Wrong With Going to Therapy In the end, jadinya kita ga pernah mikirin hal-hal seperti itu karena menganggap itu adalah hal yang ga berguna, buang-buang waktu, unfaedah, bikin ga produktif, lebay, atau apa-lah. Tapi tidak menyadarinya atau mengabaikannya tidak membuat kehadirannya menjadi tidak ada. Kita pun m...

BERSAHABAT DENGAN MASALAH

Image
I know… it’s easier said than done, but seriously, membenci hadirnya masalah tidak membuatnya menghilang dalam hidup kita. Kita ga akan pernah bisa menghindarinya. Ia bukan hanya bagian dari hidup, melainkan hidup itu sendiri. So, mungkin ini waktunya kita belajar untuk bersahabat dengan masalah. Hanya setelah melewati proses yang lumayan panjang, akhirnya gue sampai di titik untuk bisa bilang dan menyadari bahwa hadirnya masalah membuat kita kreatif berpikir and that’s why God gives us brain. Dari situ kreasi dan inovasi pun muncul.  Baca juga: We All Need Our Own Olympic Games in Life Adanya masalah bikin kita jadi belajar menjadi dewasa. Dan itu adalah tahapan hidup. Inevitably, masalah memang selalu akan ada karena mungkin itu bagian dari hukum alam. Berputarnya roda dunia dan tugas manusia untuk memakmurkan bumi, salah satunya adalah dengan bantuan dari kehadiran masalah. Saat masalah hadir, apalagi kalau bertubi-tubi, rasanya stres sekali. Lalu mempertanyakan hidup, “Why me?”...

LESS IS MORE - AN INSPIRING VIDEO BY ROWENA TSAI

Image
  Konten video yang akan gue share ini adalah milik internet personality, Rowena Tsai. Ini adalah resolusi Rowena pada tahun 2020 yang ia bagikan dalam channelnya. Kata “less” menjadi fokus Rowena dalam deretan resolusi tahun barunya. Dan walau bermakna “lebih sedikit” yang mungkin terkesan kontraproduktif dengan beliefs dari banyak orang, kata “less” yang digunakan justru menimbulkan refleksi tersendiri buat gue. Mendengar kata “less” yang digunakan Rowena terdengar begitu soothing, begitu menenangkan ditelinga gue. Kata itu juga seolah mengizinkan gue untuk menyadari dan kembali ke fitrah gue sebagai manusia bahwa hidup itu ga harus selalu more and more. Tapi juga bisa “less” yang justru berdampak “more”. Baca juga: Four Highly Recommended Youtube Channels for Slow Living. Langsung aja, berikut ini daftar resolusi Rowena Tsai di tahun 2020: Less rushing from point A to point B, more slowing down and enjoying the ride. Less chasing perfection, more embracing the goofball within....

FOUR HIGHLY RECOMMENDED YOUTUBE CHANNELS FOR SLOW LIVING

Image
Photo by Daiga Ellaby on Unsplash Gue pertama kali mengenal dan belajar slow living serta minimalism dari Youtube videos. Algoritma Youtube kemudian memperkenalkan gue dengan empat content creators yang karyanya selalu gue tunggu. Tak jarang gue putar ulang beberapa video mereka untuk mendapatkan inspirasi atau sekedar soothing my mind. So, if you are interested in slow living (and maybe minimalism), here are four highly recommended Youtube channels for you. The Simple Joy by Helena Woods Berbeda dengan kepribadian cerah ceria yang ia tunjukkan saat berbicara langsung di depan kamera, ketika melakukan voice over, Helena Woods melakukannya dengan suara yang begitu soothing di telinga. Suara ini-lah yang membuat gue jatuh cinta in that instant. And what’s more is the narrative. Rangkaian kata-katanya begitu indah, kadang puitis, tapi sangat mengena - memukul realita - dan membangkitkan kesadaran serta semangat untuk melihat hidup dari perspektif lain. Narasi Helena seolah mencerminkan ...

WE ALL NEED OUR OWN OLYMPIC GAMES IN LIFE

Image
Olympic Games Paris 2024 baru saja berlalu. Perjuangan dan kisah para Olympic medalists pun bertaburan di media. Mendengar dan membaca kisah mereka sangat mengharukan sekaligus bikin gue jadi mikir, ‘Wouldn’t it be fun to have our own Olympic Games in life?” The unique kind of games that suit us individually. The games that can help us strive and push us to the limit. Yeah, I guess we all need our own Olympic Games in life. Olympic Games menjadi impian tertinggi para atlet. Perjuangan mereka untuk bisa qualified di sana dimulai sekitar setahun sebelumnya. Banyak rencana dan persiapan dilakukan untuk mencapai impian tertinggi itu. Selalu ada kejutan di event olahraga terbesar ini. Well, at least untuk cabang olahraga bulutangkis yang sangat gue gemari. Status unggulan para atlet tidak selalu berkorelasi dengan hasil akhirnya. Tak jarang atlet non-unggulan justru yang menaiki podium tertinggi, which means everything is possible. Baca juga: Itu Hanyalah Pikiran, Bukan Kenyataan Personally...