FOUR HIGHLY RECOMMENDED YOUTUBE CHANNELS FOR SLOW LIVING

-
Photo by Daiga Ellaby on Unsplash

Gue pertama kali mengenal dan belajar slow living serta minimalism dari Youtube videos. Algoritma Youtube kemudian memperkenalkan gue dengan empat content creators yang karyanya selalu gue tunggu. Tak jarang gue putar ulang beberapa video mereka untuk mendapatkan inspirasi atau sekedar soothing my mind. So, if you are interested in slow living (and maybe minimalism), here are four highly recommended Youtube channels for you.


The Simple Joy by Helena Woods


Berbeda dengan kepribadian cerah ceria yang ia tunjukkan saat berbicara langsung di depan kamera, ketika melakukan voice over, Helena Woods melakukannya dengan suara yang begitu soothing di telinga. Suara ini-lah yang membuat gue jatuh cinta in that instant.


And what’s more is the narrative. Rangkaian kata-katanya begitu indah, kadang puitis, tapi sangat mengena - memukul realita - dan membangkitkan kesadaran serta semangat untuk melihat hidup dari perspektif lain. Narasi Helena seolah mencerminkan kecerdasan dan kebeningan kualitas kesadaran dirinya. 


Gue suka banget dengerin narasi yang dibawakan Helena. Tak jarang gue hanya menikmati audio narasi itu saja untuk gue renungkan tanpa menonton klip videonya. Dan saking sukanya dengan narasi Helena, gue sampai dengan sengaja menuliskannya di sini untuk gue baca ulang saat gue membutuhkannya.


Helena membagi banyak kisah tentang hidupnya, cara membangun kesadarannya, pengalaman serta perubahan cara pandangnya semenjak ia hijrah ke Paris. Selain itu, ia juga banyak mengkampanyekan tentang slow living dan menulis buku tentang hal itu. Nikmati pengalaman kamu sendiri menelusuri hidup bersama Helena di channelnya di sini.



Malama Life by Sophie


Sophie adalah warganegara Amerika berdarah Korea. Channel (dan blog yang ditulisnya di sini) Sophie berfokus pada slow living dan minimalism. Ia tinggal bersama suaminya di Hawaii dan karenanya menggunakan kata ‘malama’ sebagai insipirasi nama Youtube channelnya yang berasal dari bahasa native Hawaiian yang berarti to take care of, attend, care for, protect.


Youtube Sophie adalah yang selalu gue rekomendasikan ke teman-teman gue. Sebagaimana Helena, Sophie juga memiliki suara yang lembut dan narasi yang brilian. Calming banget deh kalau nonton video beliau ini.


Sophie membagikan cerita dan perspective tentang slow living dan minimalism yang menurut gue lebih realistis. Ia membagi pengetahuan dan pengalaman tanpa menggurui. Ia bahkan berbagi kesalahan penerapan sebuah ide yang bikin kita relate dan berasa jadi manusia normal (if you know what I mean).


Baca juga: Life Doesn't Happen to You, It Happens for You


The Cottage Fairy by Paola Merrill


Paola adalah seorang seniman yang tinggal di sebuah pedesaan di negara bagian Washington. Videonya menunjukkan keindahan pemandangan di sekitar tempat tinggalnya. Karya seni, arsitektur rumah, bahkan makanan yang dibuatnya terlihat sangat artistik. Karya seninya bisa kamu nikmati dalam tautan ini.


Dalam narasinya Paola membagikan kisah tentang apa yang sedang terjadi dalam hidupnya. Perspektif yang ia bagikan tak jarang bikin gue ikut merenung namun acap kali gagal untuk mengendapkan renungan itu karena terhanyut oleh keindahan visual dari video yang ia tampilkan yang lebih indah dari kisah fiksi motion pictures skala besar. I guess she is indeed a cottage fairy.



Jean Voronkova


Sebelum menjadi full-time Youtuber, Jean adalah pengacara di firma besar di Singapura. Kesadaran dalam perjalanan hidup membawa ia pada sebuah keputusan besar untuk meninggalkan karir cemerlang, apartemen mewah, serta gaya hidup mewahnya. Sebelum usia 40 tahun, ia memutuskan untuk pensiun dan kini menikmati hidup di Bali bersama suaminya.


Sebagaimana Sophie dan Helena, Jean is also a free-spirited woman. Rasanya begitu menyenangkan melihat Jean. Senyumnya memancarkan energi dan aktivitas yang dibagikannya juga bikin semangat untuk ikut melakukan hal serupa. Coba deh dengarkan perspektif Jean sambil menikmati indahnya klip yang ia sajikan di sini.


Walau ketiga wanita ini berada pada ranah niche yang sama, pendekatan yang digunakan tentunya berbeda sesuai dengan karakter dan background masing-masing. Dan hal itu sangat memperkaya gue sebagai salah satu penikmat karya mereka.


So, if you are into slow living and maybe minimalism, I hope these four ladies can inspire you in many ways.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

MY BELIEFS ABOUT WORK AND MONEY THAT SAVE MY LIFE - LIKA-LIKU PERJALANAN GUE KERJA

-
Image
Dulu, gue ga tau apa itu belief, apalagi yang namanya belief system. Gue hidup dan menjalani hidup begitu saja - seperti bola yang menggelinding bebas di jalanan. Now that I learn about belief and belief system, gue jadi tau bahwa my beliefs about work and money have saved my life multiple times. Ini lah secuplik lika-like perjalanan gue kerja. *** Pertama kali gue cari uang sendiri adalah saat memasuki tahun kedua kuliah. Alasannya standar: untuk bertahan hidup dan agar tetap bisa kuliah.  Bokap gue meninggal tepat di hari terakhir ujian semester kuliah tahun pertama. Nyokap gue adalah ibu rumah tangga biasa. So, tidak ada jalan lain, gue harus bekerja. Saat itu gue rasanya bingung banget. Gue belum pernah kerja. Gue ga tau ke mana dan gimana cara cari pekerjaan. Gue underestimate diri gue yang hanya seorang mahasiswa semester tiga. Gue ga punya skill apa-apa. Gimana mau kerja, coba?  Maka, gue memulainya dengan mendaftar beasiswa di kampus. Yah, paling tidak itu bisa membuat...
Read more

I QUIT MY 9-5 JOB AND CHOOSE TO LIVE IN UNCERTAINTY - BEST DECISION EVER!

-
Image
  My last so called 9-5 job was the most epic moment in my life. Magical banget, persis seperti angan-angan yang gue sampaikan pada seorang teman. Ada sedikit ceritanya pada bagian akhir di sini . Itu bukan pekerjaan pertama, tapi adalah yang pertama yang bikin gue merasa passionate banget and I was well-paid. But then, I quit and chose to live in uncertainty. And it was the best decision ever! Photo by Kateryna Hliznitsova on Unsplash *** I quit my 9-5 job without a plan. Resign. Udah gitu aja. Well, ada sih rencana: istirahat. Gue pengen break dan menata ulang hidup gue.  Entah kenapa gue udah kayak filsuf aja saat itu, tiba-tiba merasa lelah sama hidup, lalu ingin pergi belajar tentang hidup.  Beberapa minggu setelah resign dan pindah dari tempat tinggal yang difasilitasi oleh kantor, that scary thought mulai creeping in: “HOW CAN I PAY THE BILL?” Kerja boleh berhenti, tapi kan hidup jalan terus. Karena tujuan resign gue jelas - pengen contemplating dan belajar - maka...
Read more

IS MARRIAGE FOR EVERYONE?

-
Image
Gue sangat bersyukur hidup di zaman sekarang di mana keran informasi dan pengetahuan mengalir deras terbuka melalui berbagai platform. In a way, kita jadi teredukasi, jadi belajar, jadi berpikir, dan mengundang pemikiran lebih jauh melalui pertanyaan semisal “Is marriage for everyone?” Lalu lanjut dengan pertanyaan, "Can we say no? But why does it sound compulsory?" Masa-masa keemasan becanda ala “Menikah itu enaknya 10% doang. Sisanya uenak banget” sepertinya sudah kehilangan pamornya untuk digunakan sebagai flexing stage level hidup seseorang yang merasa sudah lebih tinggi daripada lawan bicaranya yang baik secara ngerti atau ga ngerti sebenarnya sedang gaslighting . Walaupun begitu, di tengah maraknya topik perselingkuhan baik dalam cerita fiksi layar kaca maupun thread trending topik yang diedarkan berdasarkan kisah nyata, institusi suci ini tetap berada pada kedudukan yang berada jauh di pedestal sana. Tetap dikejar dan diinginkan banyak orang. Akan tetapi, apa benar en...
Read more