ONE SIMPLE YET ESSENTIAL QUESTION YOU NEED TO ASK YOURSELF
Pagi tadi sebuah pertanyaan datang sekelebat ke otak gue. Tiba-tiba gue mempertanyakan diri gue sendiri, “Do you really want it? Are you sure? Yakin? Beneran?” And in that instant, that one simple question changed the whole course of my morning. It’s one simple yet essential question you might need to ask yourself, too.
Gue terdiam sambil memfokuskan indera pendengaran pada kicau burung pagi yang memainkan alunannya guna menyelaraskan gelombang otak gue. Pagi menjadi terasa lebih hening dan damai walau telah ramai suara para tetangga beraktivitas pagi.
Gue tidak melibatkan otak gue dalam mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Itu bukan ranah pertanyaan untuk otak gue. Kepala gue akan menjadi terlalu bising dengan berbagai alternatif jawaban dan analisis yang disodorkan oleh otak bila gue bertanya padanya. Gue pun memilih diam dan memfokuskan diri pada indera pendengaran dan kesadaran melalui hembusan nafas gue.
Baca juga: Bersahabat Dengan Masalah
“I think I’m just curious. Yeah, I might just be curious,” begitu saja kalimat itu muncul merespon pertanyaan gue tadi. Agak kaget gue mendengarnya, like WHAAAATT… after all these years ternyata gue cuma penasaran dan bukannya menginginkan hal yang gue kira begitu gue idamkan?!
Terkejut memang, tapi gue merasa lega setelah mengetahuinya.
I guess it's divine timing. Walau telah bertahun-tahun hal itu terjadi, memang sekarang ini lah saat yang tepat untuk gue dikasih sadar, dikasih liat, akan apa yang sebenarnya terjadi selama ini.
Sepertinya mungkin gue tidak benar-benar menginginkan hal yang selama bertahun-tahun berusaha gue capai itu. Mungkin gue hanya penasaran. Atau mungkin itu adalah coping mechanism terhadap suatu masalah yang bahkan tidak gue sadari.
Gue pun kembali merenungkan hal tersebut dan bertanya pada diri gue sendiri. Adakah yang gue kira gue inginkan itu hanyalah rasa penasaran semata? Ataukah gue secara ga sadar membuat diri gue menginginkannya simply karena mengikuti arus mayoritas?
Baca juga: Let Yourself Be Guided
Aih, pertanyaan-pertanyaan itu semakin menggelitik kesadaran gue. Gue pun kembali bertanya. So, do I really want it? Or do I unconsciously want people to see that I have it? Or do I just simply live by default following the crowd without even knowing what I really want?
Gue pun membayangkan kemungkinannya dengan bertanya, “What happens if I don’t have it? How will my life change if I have it?”
Gue tidak melanjutkan untuk membedah lebih lanjut pertanyaan-pertanyaan tersebut. Mengetahui bahwa hal yang gue kira begitu gue inginkan, tapi ternyata tidak, sudah sangat liberating. And that’s more than enough.
Gue merasa begitu terbebas dari segala obsesi daya dan upaya. Hati, kepala, dan langkah gue terasa jauh lebih ringan. Whether or not I want it, whether or not I need it, I fully trust that it’s meant for me, it will eventually be here.
Ya, sebebas itu rasanya keluar dari obsesi akan manifestasi. That one simple question really turns into something essential in my life.
Comments
Post a Comment