BERSAHABAT DENGAN MASALAH

I know… it’s easier said than done, but seriously, membenci hadirnya masalah tidak membuatnya menghilang dalam hidup kita. Kita ga akan pernah bisa menghindarinya. Ia bukan hanya bagian dari hidup, melainkan hidup itu sendiri. So, mungkin ini waktunya kita belajar untuk bersahabat dengan masalah.


Hanya setelah melewati proses yang lumayan panjang, akhirnya gue sampai di titik untuk bisa bilang dan menyadari bahwa hadirnya masalah membuat kita kreatif berpikir and that’s why God gives us brain. Dari situ kreasi dan inovasi pun muncul. 


Baca juga: We All Need Our Own Olympic Games in Life


Adanya masalah bikin kita jadi belajar menjadi dewasa. Dan itu adalah tahapan hidup. Inevitably, masalah memang selalu akan ada karena mungkin itu bagian dari hukum alam. Berputarnya roda dunia dan tugas manusia untuk memakmurkan bumi, salah satunya adalah dengan bantuan dari kehadiran masalah.


Saat masalah hadir, apalagi kalau bertubi-tubi, rasanya stres sekali. Lalu mempertanyakan hidup, “Why me?” Lambat laun kita jadi memusuhi masalah dan melabeli hidup sebagai kejam, keras, susah, battle, bahkan sampai bawa cap jahat ibu tiri ala Cinderella pun disematkan pada hidup. Padahal si hidup tidak melakukan apa-apa. Ia hanya menjalani perannya saja.


Dulu, ketika masalah hadir, rasanya seperti, “Yawloh, ga bisa ya hidup tenang barang sebentar doank? Baru juga napas udah ada masalah lagi.” Rasanya capeeeeeeek banget. Yang dikambing hitamkan adalah masalah dan yang diajak (atau ikut serta) perang adalah orang yang dianggap menimbulkan masalah itu.


Baca juga: Let Yourself Be Guided


Karena view-nya selalu keluar pada masalah atau si penyebab masalah, kita selalu merasa menjadi pihak yang benar. Kita jadi merasa diserang dan dibombardir. Akhirnya kita merasa selalu menjadi korban. Karena sikap ini terus berulang, tanpa sadar mentalitas play victim jadi tumbuh dalam diri kita as a coping mechanism.


Then we feel like the world is against us, atau seperti kata Bang Mandra, “Semuanya pada nyakitin aja.” Rasanya semakin terhimpit and suffocating. Oleh karenanya otak kita bekerja untuk mencari jalan keluar dari rasa terhimpit and suffocating itu. 


Macam-macam cara yang dilakukan untuk keluar dari rasa itu. Ada yang menggunakan alkohol, drugs, beating themselves up, atau kamuflase dengan membuat pengalihan melalui pekerjaan. Pokoknya apa pun dilakukan untuk bisa keluar dari masalah itu walau hanya sejenak. Nah, kalau cara itu berhasil, nagih deh jadinya. Dan sebagaimana sifat manusia, kita pun akan mengulanginya.


Baca juga: I Live With No Ambition


Pada titik itu, gue masih belum tahu bahwa yang gue hindari sebenarnya bukanlah masalah atau orang yang dianggap menyebabkan masalah, akan tetapi rasa dan emosi yang hadir dari hal itu. Gue ga tahu bahwa yang kudu gue benahi adalah internal gue karena gue pikir masalah itu datangnya dari luar. Jadilah yang gue tahu pergi liburan, jalan-jalan, dan staycation sebagai bentuk healing, padahal itu adalah rekreasi semata.


Even when I knew what we needed to deal with was our internal world, the work wasn’t that easy. Prosesnya gila-gilaan. Waktu yang dibutuhkan bukan hanya tidak sebentar, tapi terus-menerus seolah tiada akhir, padahal Ajahn Brahm, bikhu asal Inggris yang kini menetap di Australia, selalu mengingatkan bahwa “Ini pun akan berlalu.” Seberat, serumit, segila apapun masalah yang sedang kita hadapi, bakal ada akhirnya. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan, yang jelas akan ada akhirnya.


Menyadari hal itu, gue betul-betul memanfaatkan waktu untuk menikmati kedamaian saat lautan hidup gue sedang tenang. Gue jadi mengkondisikan diri gue untuk mindful, mensyukuri hari-hari yang tenang itu, dan menjalaninya dengan baik. 


Saat dinamika hidup yang kita labeli dengan nama ‘masalah’ hadir, gue meyakini bahwa ia memang kudu hadir. Ia pasti membawa sebuah misi untuk gue. Mungkin ada bagian dari hidup gue yang perlu gue perbaiki, mungkin ada tugas untuk gue guna membantu yang lain, atau mungkin ada petunjuk jalan yang perlu gue lalui.


Walau tidak mudah, pelan-pelan gue belajar untuk bersahabat dengan masalah. I hope you are too.


Photo by Pixabay: https://www.pexels.com

Comments

Popular posts from this blog

WHY HEALING YOUR PAST IS THE KEY TO TRUE GROWTH

WHY LEAVING MY 9-5 JOB WAS THE BEST DECISION FOR PEACE AND SUCCESS

STOP GALAU! PUTUSKAN SEKARANG JUGA