PERAN PENTING ACCOUNTABILITY PARTNER

-

Accountability partner punya peran cukup penting dalam sebuah pencapaian hidup kita. Baik itu urusan pekerjaan maupun kehidupan pribadi. Kadang ia berperan sebagai teman baik. Lain waktu ia adalah coach yang sangat disiplin. Ia adalah pengingat, pemicu, pemacu, sekaligus tempat yang aman bagi kamu untuk menjadi dirimu sendiri dan berkembang.

APA ITU ACCOUNTABILITY PARTNER?

Definisi accountability partner bisa beragam, tergantung konteksnya. Dalam bisnis, bisa jadi ia adalah seorang pemimpin, kolega, coach, atau mentor.

Namun secara umum, gue sepakat dengan pendapat Kate Braun bahwa accountability partner adalah seseorang yang 

memiliki tujuan yang sama dengan yang ingin kamu raih entah itu mengenai bisnis, keuangan, kesehatan, kebugaran, hobi tertentu, spiritualitas, atau perkembangan diri.

MENGAPA KITA BUTUH ACCOUNTABILITY PARTNER?

Photo by Walter Randlehoff on Unsplash
Dan Diamond dalam tulisannya di majalah Forbes mengutip studi dari University of Scranton yang menjabarkan bahwa 92% orang tidak berhasil menyelesaikan misi resolusi tahun baru mereka. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya accountability partner.

Tidak memiliki accountability partner membuat kita leluasa membuat excuse pada diri sendiri untuk tidak berprogres. Selalu saja ada hal yang menjadi alasan bagi kita untuk menjadi tidak disiplin dan tidak konsisten. Walhasil kita kehilangan momentum dan semua hal yang ingin kita bangun layu sebelum berkembang.

APA PERAN ACCOUNTABILITY PARTNER?

Memiliki seseorang yang juga memiliki tujuan yang sama bisa memberi perasaan lebih secured demi mengetahui bahwa kamu tidak berjalan sendirian. Beban menjadi terasa lebih ringan dan proses menjadi lebih menyenangkan karena memiliki seseorang untuk berbagi.

Kamu dan partnermu bisa saling bertukar pikiran, membangun strategi, mengupdate perkembangan, memberi masukan, dan berbagi beban. Dengan begini kamu juga menjadi lebih serius dalam membuat progress.

Kalian bisa saling menyemangati, mengingatkan, membuat tantangan, and even giving a tough love seperti memberi hukuman. Hal ini bertujuan dilakukan untuk saling membantu agar kamu dan/atau kalian tetap berada dalam jalur arah tujuan.

BAGAIMANA CARA MENDAPATKAN ACCOUNTABILITY PARTNER?

I have to admit that this is not an easy task, tapi juga bukan berarti ga mungkin.

Speaking from experience, tidak mudah mencari dan mengajak orang-orang terdekat untuk menjadi accountability partner, pun bila itu adalah sebuah program resmi dari kantor. Not everyone is driven to do this. Setiap dari kita memiliki kebutuhan yang beragam. Fokus dan prioritasnya pun menjadi berbeda-beda.

Baca juga: Harsh Truth Behind Some Words That We Say

Tentu kamu sangat beruntung jika ada orang terdekatmu yang bisa dan bersedia menjadi partnermu. Bila tidak, cobalah cari komunitas orang-orang yang memiliki ketertarikan dan tujuan yang sama. Kamu bisa mencoba melalui Facebook group, forum, blog, meet-up group, seminar, atau workshop. Terbuka dan aktiflah dalam mencari.

As for the partner you need to find, pastikan bahwa ia adalah orang yang memahami tujuan dan kebutuhanmu, memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan dalam bidang tersebut, objektif dan berdisiplin, dan tentu saja bersedia menjadi partnermu (duh!).

There’s a say: “If you want to go fast, go alone. If you want to go far, go together.” Semoga dengan memiliki accountability parter, tujuan kamu ga hanya sustain tapi terus berkelanjutan dan berkembang.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

MY BELIEFS ABOUT WORK AND MONEY THAT SAVE MY LIFE - LIKA-LIKU PERJALANAN GUE KERJA

-
Image
Dulu, gue ga tau apa itu belief, apalagi yang namanya belief system. Gue hidup dan menjalani hidup begitu saja - seperti bola yang menggelinding bebas di jalanan. Now that I learn about belief and belief system, gue jadi tau bahwa my beliefs about work and money have saved my life multiple times. Ini lah secuplik lika-like perjalanan gue kerja. *** Pertama kali gue cari uang sendiri adalah saat memasuki tahun kedua kuliah. Alasannya standar: untuk bertahan hidup dan agar tetap bisa kuliah.  Bokap gue meninggal tepat di hari terakhir ujian semester kuliah tahun pertama. Nyokap gue adalah ibu rumah tangga biasa. So, tidak ada jalan lain, gue harus bekerja. Saat itu gue rasanya bingung banget. Gue belum pernah kerja. Gue ga tau ke mana dan gimana cara cari pekerjaan. Gue underestimate diri gue yang hanya seorang mahasiswa semester tiga. Gue ga punya skill apa-apa. Gimana mau kerja, coba?  Maka, gue memulainya dengan mendaftar beasiswa di kampus. Yah, paling tidak itu bisa membuat...
Read more

I QUIT MY 9-5 JOB AND CHOOSE TO LIVE IN UNCERTAINTY - BEST DECISION EVER!

-
Image
  My last so called 9-5 job was the most epic moment in my life. Magical banget, persis seperti angan-angan yang gue sampaikan pada seorang teman. Ada sedikit ceritanya pada bagian akhir di sini . Itu bukan pekerjaan pertama, tapi adalah yang pertama yang bikin gue merasa passionate banget and I was well-paid. But then, I quit and chose to live in uncertainty. And it was the best decision ever! Photo by Kateryna Hliznitsova on Unsplash *** I quit my 9-5 job without a plan. Resign. Udah gitu aja. Well, ada sih rencana: istirahat. Gue pengen break dan menata ulang hidup gue.  Entah kenapa gue udah kayak filsuf aja saat itu, tiba-tiba merasa lelah sama hidup, lalu ingin pergi belajar tentang hidup.  Beberapa minggu setelah resign dan pindah dari tempat tinggal yang difasilitasi oleh kantor, that scary thought mulai creeping in: “HOW CAN I PAY THE BILL?” Kerja boleh berhenti, tapi kan hidup jalan terus. Karena tujuan resign gue jelas - pengen contemplating dan belajar - maka...
Read more

IS MARRIAGE FOR EVERYONE?

-
Image
Gue sangat bersyukur hidup di zaman sekarang di mana keran informasi dan pengetahuan mengalir deras terbuka melalui berbagai platform. In a way, kita jadi teredukasi, jadi belajar, jadi berpikir, dan mengundang pemikiran lebih jauh melalui pertanyaan semisal “Is marriage for everyone?” Lalu lanjut dengan pertanyaan, "Can we say no? But why does it sound compulsory?" Masa-masa keemasan becanda ala “Menikah itu enaknya 10% doang. Sisanya uenak banget” sepertinya sudah kehilangan pamornya untuk digunakan sebagai flexing stage level hidup seseorang yang merasa sudah lebih tinggi daripada lawan bicaranya yang baik secara ngerti atau ga ngerti sebenarnya sedang gaslighting . Walaupun begitu, di tengah maraknya topik perselingkuhan baik dalam cerita fiksi layar kaca maupun thread trending topik yang diedarkan berdasarkan kisah nyata, institusi suci ini tetap berada pada kedudukan yang berada jauh di pedestal sana. Tetap dikejar dan diinginkan banyak orang. Akan tetapi, apa benar en...
Read more