TAKING MY BODY ON A BREAKFAST DATE
Gue memasukkan kembali meal prep yang sudah gue siapkan kemarin ke dalam kulkas. I’m in the mood of taking myself on a breakfast date that morning. Gue membayangkan betapa santainya menikmati secangkir hot cappucino dan croissant. Maka, meluncurlah gue ke satu-satunya cafe yang gue tau sudah buka di jam sepagi itu di kota ini.
Cafe dengan cabang di berbagai penjuru dunia itu tampak sepi. Hanya ada dua orang barista yang sedang berbicara di dalam. Gue memberi sinyal dari balik pintu kaca sebelum mendorongnya terbuka untuk mengkonfirmasi jika cafe sudah buka. Kedua barista itu tersenyum ramah, mengangguk dan mempersilakan gue masuk.
Di beberapa tempat langganan, gue sudah tau menu fave gue dan itu memudahkan gue untuk tidak menghabiskan waktu menelusuri daftar menu yang panjang sambil membuat pertimbangan dan menanyakan tubuh serta my pallete apa yang sedang ingin gue makan saat itu. Maka, dengan fasih, gue pun langsung memesan satu hot cappucino ukuran tall tanpa gula.
![]() |
Photo by Esra Nur Kalay : https://www.pexels.com |
Dengan sadar gue melanggar saran seorang expert tamu di podcast Lewis Howes yang gue dengarkan baru-baru ini untuk tidak sarapan dengan makanan yang manis-manis. Well, sepertinya memang tidak enak sarapan cheesecake apalagi dengan olesan Ovomaltine di atasnya. But, whatev…
Baru saja memilih tempat duduk dan meletakkan laptop di meja, nama gue dipanggil barista, tanda pesanan gue telah siap. Dari kejauhan sebuah post it neon pink tampak tertempel di salah satu sisi mug dengan nama gue tertulis di sana. Gue hampiri mug itu dan membaca pesan yang tertulis, “Be the reason someone smile today :)”.
Gue tersenyum sambil membawa pesanan gue itu ke meja. Be the reason someone smile today, gue mengulangi membaca pesan itu. Instead of making other people smile, pesan itu justru yang membuat gue tersenyum dan seketika itu juga gue merasa lebih rileks.
Artikel terkait: My Body Is My Buddy
Wow, gue tidak menyangka bisa sesignifikan itu dampak dari pesan sederhana yang mungkin di hari lain tampak receh. Tampaknya, that's exactly what I need to hear (or rather to read) today. Would that be the reason why my body asked me for a breakfast date in this cafe? I wonder…
Hot cappuccino and cheesecake, though breakfast might not be the perfect time to have them both, they are one of the perfect combos of my fave. And with all the tight schedule I am experiencing now, I just need a little break to relax before getting back on my seat and working. And wouldn’t it make the impeccable justification for the purpose why I’m here in the first place? Gue terus meyakinkan diri, mengikis gaung suara justifikasi yang berusaha untuk mengingatkan gue to be on ‘the right track’. But even my consciousness said it was legit, so… bon appetit!
Dengan cepat gue menghabiskan sepotong cheesecake berselimut coklat itu sambil secara sadar menggoyang-goyangkan kepala dan tubuh bagian atas gue dengan lembut pertanda my palette approved the dessert. Gue tidak peduli bila terlihat aneh for doing that. I just wanna enjoy my time - the ‘now’ moment celebrating a date with myself.
Baca juga: A Mantra for Cortisol
Gue menikmati sisa setengah mug cappucino sambil membaca digital book “The Body Keeps the Score - Brain, Mind and Body in the Healing Trauma” karya Bessels Van der Kolk. Gue telah sampai di bab 16, bagian menarik tentang trauma yang disimpan dalam tubuh, and I was mesmerized.
Di seberang tempat duduk gue, sekelompok kecil wanita muda asal negeri ginseng terdengar asyik bercerita. Beberapa kata terdengar cukup familiar di telinga gue hasil dari binge K-drama, membuat situasi seolah gue sedang berada di live syuting K-drama.
Sementara itu, cuaca di luar mendung setelah hujan turun tadi malam dan masih menyisakan kesejukan pagi itu. Sesekali dengan santai dan cuek gue menggoyangkan kaki atau kepala menikmati alunan musik bernuansa Desember. Seriously, situasi itu benar-benar membuat gue seolah tidak berada di Indonesia. I basked in that super rare moment. Rasanya sangat santai.
This is exactly what I always picture in my head: duduk santai membaca dan menulis di cafe ditemani dengan cappucino panas, musik lembut, dan cuaca redup di luar. Imajinasi gue pun terbang pada setting kantor Sally Allison, reporter lokal sahabat dekat Aurora Teagarden dalam salah satu series andalan Hallmark which is my most fave: “Aurora Teagarden Mystery”.
Baca juga: My Two Supporting Key Points in Adopting Slow Living
Instead of wall, kantor Sally dikelilingi oleh kaca dengan pemandangan gunung yang tampak seperti Stone Mountain di Georgia, but I’m not quite sure where the setting of the movie takes place. Sejauh mata memandang dari dalam kantor itu, pemandangan indah membentang dengan dibentengi oleh gunung. Suasana yang sering nampak saat musim semi atau gugur membuat sempurna setting tempat kerja itu.
Kopi di mug gue sudah habis dan memang sengaja cepat gue habiskan karena kenikmatan hot beverages adalah meminumnya saat ia masih panas cenderung hangat. Tidak enak rasanya bila sudah dingin.
Rombongan ciwi-ciwi di seberang gue pun sudah bubar membuat musik Desember jadi terdengar lebih syahdu dan hangat. Walau memakai jam di pergelangan tangan, tetap, gue melirik tanda waktu di ujung kanan bawah laptop gue. Hhhmmm, sudah hampir jam makan siang rupanya.
Gue merapikan barang-barang gue, memasukkan kertas receipt pesanan tadi ke dalam kantong celana untuk gue buang nanti, lalu tucked the chairs back in. Kemudian gue melangkah ke counter untuk meletakkan mug kopi serta piring dan meminta tolong barista untuk menghangatkan croissant twist yang tadi pagi gue pesan dan belum gue makan.
Baca juga: Take the Time to Heal
I guess we can conclude our breakfast date here for today.
Gue merasa sedikit lebih segar dan rileks dan itu terasa seperti keajaiban. At times, kita hanya butuh sedikit break dari rutinitas. Menikmati suasana tanpa bekerja, tanpa ngobrol, and simply just engaged with ourselves and our surroundings.
It was indeed a new thing for me and I would definitely love to do it again some time.
I’m really glad and thankful that I listened to my body and took her out on a breakfast date today. She really knows what we need perfectly!
So guys, you might wanna try to listen to your body too and take her out on a date once in a while. An exclusive date. Alone, just the two of you, and indulge in that exceptional occasion.
baca ini di siang hari, malah jadi pengen cappucino hangat huhuhu :)
ReplyDeleteHahaha... cappuccino cocok diminum disegala suasana 😊
DeleteWah lama juga nih ga coba cappucino, jadi pengin nyobain lagi :D
ReplyDeleteAyooo.... ayoooo.... mari kita ngupi teman-teman... 😁
Deletei skrng kepengen croissant 🥐🥐🥐 oui oui ges
ReplyDeleteDo have some... Bon apetit!
Delete