SUDAH, MENYERAH SAJA PADA HAL YANG BERADA DI LUAR KONTROL KITA

Dua malam ini gue tidak bisa tidur cepat dan nyenyak. Pikiran gue terus berputar-putar pada hal yang terjadi hari itu. Ada rasa kesal, sedih, dan kasihan campur aduk jadi satu dan gue ga tau tindakan apa yang seharusnya gue ambil. But one thing for sure… menyerah… karena hal itu di luar kontrol gue.


But as always, it’s easier said than done.


Mantra yang mengingatkan gue untuk menyerah saja hanya bertahan sekitar dua detik sebelum akhirnya gue kembali terseret pada black hole pikiran terhadap kasus tersebut. Bak diberi fuel dari memori masa lalu, rasa kesal itu terus mengitari bak komidi putar yang membuat gue terjaga nyaris hingga subuh tiba.


Di hari kedua, kesadaran gue pun semakin getol untuk mengingatkan gue akan salah satu prinsip dari Sedona Method-nya Lester Levenson bahwa emosi dari rasa kesal itu hadir karena adanya rasa ingin mengontrol. 


Saat kemacetan panjang terjadi di tengah hari bolong, seseorang bisa mudah menjadi marah karena situasi tersebut. Kemarahan itu terjadi karena kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan keinginannya. Itu artinya, di dalam dirinya timbul emosi berupa keinginan untuk mengontrol, akan tetapi hal tersebut di luar dari kuasanya. Oleh karenanya ia menjadi marah.


Baca juga: Let Yourself Be Guided


Mengingat prinsip ajaran Sedona Method itu, gue pun diam dan merefleksi diri. Ya, gue mengakuinya. Gue memang menginginkan kehidupan yang harmonis. Kami semua dapat hidup dalam bahagia seperti hari-hari kemarin. Akan tetapi, sudah menjadi hukum alam bahwa hidup hadir dengan dinamikanya di mana ada banyak situasi yang berada di luar kendali kita.


Dalam hening, gue menenangkan diri berusaha untuk bisa align dengan my higher self. Kita tidak selalu mendapat apa yang kita perjuangkan, inginkan, dambakan, seberapa pun baik hal itu, terlebih bila beririsan dengan orang lain di mana mereka memiliki kisahnya sendiri, pemikiran, impian, dan recana. Dari situ, masing-masing dari kita pun memilih jalan yang kita anggap baik dan benar yang tidak selalu sejalan dengan pilihan orang lain seberapa dekat pun hubungan kita dengan mereka.


Kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya baik untuk kita dan orang lain karena semesta memiliki rencana pembelajaran yang berbeda bagi setiap individu. Oleh karenanya, gue memilih untuk melepaskan hal yang di luar kontrol gue. Bila ini yang terjadi, maka ini pastilah yang terbaik. Bila itu yang terjadi, maka memang itulah yang harus terjadi.


Baca juga: The Ultimate Key Point in Manifestation


Melepaskan keinginan akan “perdamaian dunia” itu sedikit membantu membuat gue legowo untuk menerima jalan mereka masing-masing. Walau tidak tega melihatnya, gue terpaksa harus tega dan ikhlas menerimanya karena itu adalah pilihan jalan hidup mereka.


Later that night, gue mendapati rasa yang berubah dalam diri gue. Walau kelebatan kisah dimainkan melalui klip-klip kecil di dalam otak, ia tidak lagi menghadirkan emosi yang sama seperti kemarin dan hari sebelumnya. Tidak ada lagi rasa kesal, sedih, dan kasihan.


Gue menerima kehadiran kenyataan baik yang telah gue ketahui karena telah terjadi maupu yang tidak dan belum gue ketahui karena masih menjadi misteri di masa depan. Yang jelas malam itu gue memilih untuk memahami situasi dan menerimanya apa adanya.


So, this is a gentle reminder... when things are beyond our control, sudah, menyerah saja... Surrender. Trust and have faith to the unknown.


Photo by Alex Shute on Unsplash

Comments

Popular posts from this blog

WHY HEALING YOUR PAST IS THE KEY TO TRUE GROWTH

WHY LEAVING MY 9-5 JOB WAS THE BEST DECISION FOR PEACE AND SUCCESS

STOP GALAU! PUTUSKAN SEKARANG JUGA