LET YOURSELF BE GUIDED
I finally left Jakarta for the reason that I wasn’t even sure. Semua seolah terjadi begitu saja. Pikiran untuk pindah tiba-tiba saja muncul. Saat itu gue pun ga tau mau pindah ke mana atau mau ngapain kalau pindah. All I knew was that there was no resistance inside of me. I let myself be guided. So, maybe you want to try to let yourself be guided too.
Pikiran untuk tidak memperpanjang sewa rumah muncul kembali setelah sebelumnya tertahan karena serangan Covid 19. Tapi ke mana? Gue pun mulai browsing beberapa tempat. But hey… nanggung amat kalau ganti zipcode tapi cuma masih muter-muter daerah Jakarta. Itu mah kek cuma geser tempat duduk doang! Gak sekalian aja ganti provinsi?
Ada satu kota yang sudah gue incer sejak dua tahun sebelumnya. Untuk memudahkan alur cerita ini, mari kita sebut kota ini sebagai kota X.
Di kota X ada sebuah komunitas yang menawarkan gue pekerjaan tepat di depan audience saat gue sedang memberikan testimoni tentang tempat itu di sebuah acara. Perfect! Itu memang adalah jenis komunitas yang saat itu sedang gue cari, sedang gue butuhkan for my self-growth. Takdirkah ini?
Baca juga: I Live With No Ambition
Gue pun browing apartemen di daerah sana. But then, saat menghabiskan liburan di sebuah kota lain, let’s call it kota Y, tiba-tiba muncul ide if I should move there, instead.
Akan tetapi, ada rasa enggan yang gue rasakan. Bukan penolakan, hanya enggan saja. Memang ada kisah dibaliknya, tapi diri gue juga ga tau kenapa pikiran itu tiba-tiba saja muncul.
Suatu hari, secara “kebetulan” gue bertemu dengan sepupu gue yang ternyata adalah marketing perumahan di kota Y. Sambil ngobrol gue pun iseng minta dicariin rumah sewa di daerah sana.
I was gambling with destiny. Gue akan mengikuti tempat mana pun yang datang pada gue, pun bila itu adalah tempat di mana gue merasakan keengganan itu.
Dua bulan berlalu. Ga ada kabar dari sepupu gue. Gue pun mulai mengerucutkan pilihan pada beberapa apartemen di kota X. Gue mencari jadwal kosong di mana gue bisa pergi survey ke tempat itu. Akan tetapi eksekusinya masih gue tahan. Gue masih punya empat bulan sebelum masa sewa gue habis.
Baca juga: Life Doesn't Happen to You, It Happens for You
Di bulan berikutnya, gue kembali berlibur ke kota Y. Setelah beberapa hari di sana, tiba-tiba di suatu malam, menjelang jam tidur gue, sepupu gue mengirimkan pesan singkat disertai beberapa foto sebuah rumah. Like….. WHAT???? SHE FOUND IT????
Gue yang sedang berbaring di tempat tidur terkaget hingga bangkit dan duduk. Mata yang udah sepet kek salak kembali terbuka lebar. Gue mengamati foto itu satu persatu. Sepertinya rumah itu lumayan juga. Gue pun langsung bertanya kapan kami bisa pergi survey kesana.
Ga butuh waktu lama buat sepupu gue untuk menghubungi sang pemilik rumah. Ia bahkan berhasil membuat janji temu untuk kami survey rumah itu keesokan harinya, tepat di mana sore harinya gue harus balik ke Jakarta.
The house was perfect, even better than what I had in mind. The neighborhood seems alright. Good price, great access, decent security system, what more could I ask? So, I said yes that instant dan meminta sepupu gue untuk mengurus hal-hal yang diperlukan.
Baca juga: The "Let Them" Theory That Went Viral
Perasaan gue membuncah karena senang akhirnya menemukan tempat tinggal yang baik because trust me… house hunting is super exhausting. Dari mulai cari dan screening jenis tempat tinggal yang kita inginkan, lokasi, kondisi bangunan, fasilitas bawaan rumah tersebut, neighborhood, akses jalan, keamanan, harga, perjanjian sewa, hingga karakter landlord-nya. So, if everything comes easy, why should I complicate stuff?
And just like that… gue pun memutuskan untuk pindah ke kota Y.
And here’s the interesting part. Sebenarnya saat gue sedang berlibur di kota Y itu, broker rumah gue di Jakarta kasih info kalau pemilik rumah ga memperpanjang sewa rumah yang telah gue tempati selama enam tahun itu karena rumah tersebut akan ditempati oleh kerabatnya. And I was like….. HOLY SMOOOKE, WHAT A PERFECT COINCIDENCE!
Gue meyakini hal itu sebagai konfirmasi petunjuk bahwa itu memang adalah saatnya untuk gue pindah. Dan rumah yang tiba-tiba saja ditemukan oleh sepupu gue juga adalah petunjuk di mana gue harus tinggal berikutnya. Oleh karenanya gue bisa membuat keputusan secepat dan semudah itu. Tidak ada keraguan sama sekali.
Baca juga: What If
It’s been two years now since I left Jakarta and live in this city, in this house. And life has never been better. Di tahun kedua ini gue bahkan merasa jauh lebih nyaman. Gue berasa staycation di rumah setiap hari. Literally!
Dan setelah dua tahun ini gue pun akhirnya bisa melihat dan menyadari bagaimana gue memang dituntun untuk pindah ke sini. Gue “diasingkan” sementara dari teman-teman dan kehidupan gue di Jakarta to get back to the center, to connect with myself and my higher self.
So, let yourself be guided coz you never know what comes ahead and you don’t need to think about that. That’s not your job. All you need to know is that you are in perfect hands, the hands of God.
Comments
Post a Comment