I LIVE WITH NO AMBITION

-

I live with no ambition. I live a mediocre boring life that most people try to avoid. And trust me, I don’t even know why.

As much as I enjoy it, dulu gue sempat perang batin dengan situasi ini. Gue selalu heran dan bertanya-tanya pada diri gue sendiri kenapa gue ga kepengen ini atau itu. 


‘Mbok ya kepengen apaaa… gitu. Karir-kah, jabatan-kah, luxurious life-kah, apa aja-lah bebas. Pokoknya just live like any other normal human being,’ begitu dulu gue sering meminta pada diri gue sendiri. Tapi keinginan itu tak kunjung hadir.


Baca juga: Bahagia Itu Candu


I live with no ambition dan gue ga pernah menyadari itu. Gue hanya menjalani apa ingin gue jalani. Menggelinding bebas bak sebutir kelereng yang jatuh dari tangan. 


‘That doesn’t sound right,’ begitu otak gue selalu mengingatkan gue. Ya… jangan terjun bebas gitu juga, kelleess… Have a direction. Set a goal. Mau ke mana, mau jadi apa, mau ngapain, kapan, berapa lama, bagaimana cara mewujudkannya, and so on, and so forth. 


‘Iya, iya, ngerti…’ kalau dibahasakan mungkin seperti itu gue mereply-nya balik. Namun sepertinya ia hanya mencoba untuk ngademin suasana otak gue yang sedang nagging. 


My brain has learnt quite a number of lessons which are believed to be the way we should live our lives. Jadi ia mencoba untuk mengingatkan gue untuk mengaplikasikannya. But my self-conscious remains untethered. 


Baca juga: Life Doesn't Happen to You, It Happens for You


I live with no ambition dan itu rasanya seperti tidak normal, seperti ada yang salah karena ga fit in the belief of society. Ada banyak panduan hidup sukses ala society yang ga gue ikuti.


‘Lihat tuh teman-teman lu udah pada merit, punya anak, punya rumah, punya mobil, jabatan mentereng, jalan-jalan ke luar negeri, mosok lu ga kepengen?’ lagi-lagi si ego menggelitik gue.


Hmmm, kayaknya asik, sih... Tapi, nantilah… nanti juga masa-nya akan datang bila ia datang. Nanti kalau bener-bener kepengen juga bakal gue usahain, kira-kira begitu respon yang tergambar dari sikap gue.


I live with no ambition and my ego envies those who have dreams. Punya mimpi bikin hidup jadi lebih hidup. Ada gairah, semangat, dan tujuan yang jelas dalam hidup. And if that's not life, I don’t know what is.


Hidup gue bergulir begitu saja. Gue masih belum menemukan sebuah mimpi. Satu saja! Gue hanya butuh satu saja mimpi untuk kasih fuel buat hidup gue. Satu saja mimpi yang bikin gue bisa mengalami rasanya keajaiban di dunia ini seperti kisah impian Susan Boyle. Satu saja! Begitulah, ego gue terus merayu kesadaran gue. Tapi yang dirayu remains chill while skipping around her nonchalant life happily.


Baca juga: How to Know What Your Intuition Tells You


I live with no ambition dan ternyata tidak ada yang salah dengan itu. Semua hanya persepsi, sudut padang dan beliefs. And I choose to free myself from all of that.


While there are a lot of things I have learned about life, there are also a lot of things I need to unlearn when they no longer fit me. Ini bukan perkara benar atau salah. Ini hanyalah pilihan terhadap kecocokan karena by the end of the day, gue sendiri lah yang menjalani hidup gue.


Maybe I have ambitions. Tapi karena bentuknya berbeda dengan apa yang selama ini gue kenal dan pelajari sebagai ambisi, gue jadi nyaris tidak mengenalinya dan justru menganggap cara gue hidup salah.


I believe I do have wants, too. Tapi mungkin karena ia bukan ego-driven maka ia seperti tidak diakui sebagai “normal” wants. Doing what I want and what I like jadi terlihat seperti against the mainstream. Padahal doing what I want and what I like makes life feel more effortless but powerful at the same time.


I live with no ambition and I don’t have to compare myself with anyone else. I don’t have to make myself fit-in the place where I don’t belong. I don’t need to label myself with anything. I don’t even get to wear anyone’s glasses to see what life is coz I’m already equipped with my own pair of glasses.


I live with no ambition and that’s totally okay.


Photo by KATRIN BOLOVTSOVA: https://www.pexels.com

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

MY BELIEFS ABOUT WORK AND MONEY THAT SAVE MY LIFE - LIKA-LIKU PERJALANAN GUE KERJA

-
Image
Dulu, gue ga tau apa itu belief, apalagi yang namanya belief system. Gue hidup dan menjalani hidup begitu saja - seperti bola yang menggelinding bebas di jalanan. Now that I learn about belief and belief system, gue jadi tau bahwa my beliefs about work and money have saved my life multiple times. Ini lah secuplik lika-like perjalanan gue kerja. *** Pertama kali gue cari uang sendiri adalah saat memasuki tahun kedua kuliah. Alasannya standar: untuk bertahan hidup dan agar tetap bisa kuliah.  Bokap gue meninggal tepat di hari terakhir ujian semester kuliah tahun pertama. Nyokap gue adalah ibu rumah tangga biasa. So, tidak ada jalan lain, gue harus bekerja. Saat itu gue rasanya bingung banget. Gue belum pernah kerja. Gue ga tau ke mana dan gimana cara cari pekerjaan. Gue underestimate diri gue yang hanya seorang mahasiswa semester tiga. Gue ga punya skill apa-apa. Gimana mau kerja, coba?  Maka, gue memulainya dengan mendaftar beasiswa di kampus. Yah, paling tidak itu bisa membuat...
Read more

I QUIT MY 9-5 JOB AND CHOOSE TO LIVE IN UNCERTAINTY - BEST DECISION EVER!

-
Image
  My last so called 9-5 job was the most epic moment in my life. Magical banget, persis seperti angan-angan yang gue sampaikan pada seorang teman. Ada sedikit ceritanya pada bagian akhir di sini . Itu bukan pekerjaan pertama, tapi adalah yang pertama yang bikin gue merasa passionate banget and I was well-paid. But then, I quit and chose to live in uncertainty. And it was the best decision ever! Photo by Kateryna Hliznitsova on Unsplash *** I quit my 9-5 job without a plan. Resign. Udah gitu aja. Well, ada sih rencana: istirahat. Gue pengen break dan menata ulang hidup gue.  Entah kenapa gue udah kayak filsuf aja saat itu, tiba-tiba merasa lelah sama hidup, lalu ingin pergi belajar tentang hidup.  Beberapa minggu setelah resign dan pindah dari tempat tinggal yang difasilitasi oleh kantor, that scary thought mulai creeping in: “HOW CAN I PAY THE BILL?” Kerja boleh berhenti, tapi kan hidup jalan terus. Karena tujuan resign gue jelas - pengen contemplating dan belajar - maka...
Read more

IS MARRIAGE FOR EVERYONE?

-
Image
Gue sangat bersyukur hidup di zaman sekarang di mana keran informasi dan pengetahuan mengalir deras terbuka melalui berbagai platform. In a way, kita jadi teredukasi, jadi belajar, jadi berpikir, dan mengundang pemikiran lebih jauh melalui pertanyaan semisal “Is marriage for everyone?” Lalu lanjut dengan pertanyaan, "Can we say no? But why does it sound compulsory?" Masa-masa keemasan becanda ala “Menikah itu enaknya 10% doang. Sisanya uenak banget” sepertinya sudah kehilangan pamornya untuk digunakan sebagai flexing stage level hidup seseorang yang merasa sudah lebih tinggi daripada lawan bicaranya yang baik secara ngerti atau ga ngerti sebenarnya sedang gaslighting . Walaupun begitu, di tengah maraknya topik perselingkuhan baik dalam cerita fiksi layar kaca maupun thread trending topik yang diedarkan berdasarkan kisah nyata, institusi suci ini tetap berada pada kedudukan yang berada jauh di pedestal sana. Tetap dikejar dan diinginkan banyak orang. Akan tetapi, apa benar en...
Read more