BAHAGIA ITU CANDU

 

Dulu gue menganggap bahagia itu candu dan candu itu terkonotasi dengan makna yang tidak baik. Maka, supaya ga nyandu, ya… jangan sering-sering bahagia, begitu premis sederhana gue.


Dulu kalau gue banyak have fun ketawa-ketawa, apalagi sampai ngakak yang bikin sakit perut dan sakit pipi, gue langsung khawatir kalau-kalau bentar lagi bakalan ada hal buruk terjadi pada gue. Jadinya auto muncul rasa bersalah yang menyesakkan dada. Gue pun jadi mengontrol diri supaya ga banyak ketawa dan lebih alert.


Hampir seluruh usia, gue menjalani hidup seperti itu. Entah kenapa gue menjaga jarak dengan bahagia. Oleh karenanya sangat sulit bagi gue untuk cepat memberikan respon saat ditanya kapan momen paling bahagia dalam hidup.


And the thing is… gue tidak menyadari hal itu.


Artikel terkait: Curhat - Kecanduan Drama Kehidupan Sendiri


Hidup menggelinding begitu saja. Ga pernah lah gue gabut mikirin soal bahagia. ‘Apaan sih nanyain soal bahagia? Sok filsuf banget,’ mungkin begitu respon gue kalau ada yang iseng nanya tentang hal ini.


Hidup mengalir dan gue merasa normal-normal aja, just like any other people. Ga ada yang aneh. Termasuk gue ga merasa diri gue aneh karena ternyata gue selalu social distancing sama bahagia.


Apakah berarti hidup gue ga bahagia? I’m not sure, tapi seingat gue sih gue hepi-hepi aja. Gue haha-hihi juga koq sama teman-teman - again, just like any other people.


Barulah setelah gue sedikit-sedikit belajar tentang hidup, tentang diri gue, gue menyadari beliefs tentang bahagia yang pernah diajarkan pada gue saat gue kecil. Gue pun teringat kalimat, “Jangan banyak ketawa, nanti malam (hari) -nya nangis.”


Kalimat itu adalah bagian dari ajaran yang masuk ke dalam sistem bawah sadar gue. Hidup gue pun beroperasi pada sistem tersebut. Dan gue ga pernah tau bahwa itu lah yang menjadi pengerem, pengontrol, sekaligus penyabotase hidup gue sendiri untuk mengalami lebih banyak kebahagiaan.


Baca juga: A Morning Thought


Sistem itu berjalan dengan dasar bahwa kebanyakan bahagia itu berbahaya. Jadi, sebenarnya ia bekerja untuk melindungi diri gue dari apa yang dianggap sebagai bahaya, which is bahagia.


Nah, hal seperti itu kan kita ga pernah kepikiran. So, bisa dikasih tau tentang hal itu adalah rezeki besar buat gue. Gue jadi belajar memahami diri gue dan mencoba untuk rewiring belief system gue. 


Now, setelah sekian purnama, akhirnya gue merasa terbebas dan bisa mengatakan bahwa bahagia itu bukan candu. Bahagia adalah kesejatian hidup manusia. 


Now, setelah sekian purnama, gue baru sadar dan merasakan bahwa hari-hari itu ternyata lebih banyak bahagia daripada masalah dan bukan sebaliknya.


Now, setelah sekian purnama, gue berani menulis tentang hal ini dan berbagi dengan dunia. Gue pun telah mengizinkan diri untuk bahagia dan membuka lebar-lebar pintu agar lebih banyak kebahagiaan yang datang. And I wish the same thing to you, too.

Comments

Popular posts from this blog

MY BELIEFS ABOUT WORK AND MONEY THAT SAVE MY LIFE - LIKA-LIKU PERJALANAN GUE KERJA

I QUIT MY 9-5 JOB AND CHOOSE TO LIVE IN UNCERTAINTY - BEST DECISION EVER!

IS MARRIAGE FOR EVERYONE?