WHY DO I HAVE TO PRAY FOR THE THINGS THAT I DON’T WANT? - THE LESSON REVEALED
Selama bertahun-tahun, ingatan dan rasa kesal itu masih ada hingga gue memutuskan untuk menuliskan dan membaginya di blog ini. Proses penulisan hingga akhirnya di post pun lumayan panjang. Proses curatingnya juga panjang. Ia melalui berbagai tahap, dimarinasi, diedit, dimarinasi lagi, diedit lagi, lalu ditimbang-timbang apakah perlu dipost atau biarkan duduk didraft saja, hingga akhirnya dilakukan proofread terakhir dan nekat dipost.
Baca juga: A Game-Changing Activity I Used to Underestimate
Draft naskah asli yang panjangnya hingga beberapa halaman, terus-menerus gue edit. Ada banyak emosi yang gue tumpahkan di sana. Emosi dari rasa kesal. Saat gue proofread, rasanya tidak enak sekali membaca emosi itu sehingga berulang kali gue perbaiki. Setelah menimbang-nimbang, gue putuskan untuk gue post sebagai pengingat untuk diri gue sendiri.
Sekitar nyaris tiga bulan setelah gue menuliskan pengalaman itu, the Universe taught me the lesson behind it. Suatu hari saat sedang santai, ada epiphany dari sebuah kesadaran yang creeped in. Pada detik itu, gue diberitahu bahwa apa yang selama ini gue inginkan adalah bukan yang sebenarnya diri gue inginkan.
Jadi gini, just like a normal human, gue juga punya wishes dan mimpi yang ingin gue manifestasikan. You know… tangible things like money and stuff. And in that very moment, gue baru disadarkan bahwa yang gue inginkan bukanlah hal-hal tersebut.
Baca juga: Is Life About Making Mistakes?
It wasn’t about how much money I wish to make in a month or the place where I wish to live. It wasn’t about the kind of people I wish to talk to and work with or the partner I wish to live with. It’s actually about being alive, feeling alive, celebrating life, feeling peaceful, abundance, and aligned. Uang, tempat tinggal, lingkungan, dan orang-orang adalah bentuk dari 3D reality terhadap the intangible things that I actually aim for.
Gue pun akhirnya jadi tahu bahwa doa gue selama ini salah. Maka, gue pun putar haluan and redirected my life. Knowing what I actually wish and aim for makes my life easier. Satu per satu gue melepaskan keinginan lama yang telah attached melekat selama bertahun-tahun. Bak melepaskan balon yang gue genggam di tangan, jari yang telah terbebaskan dari eratnya genggaman menjadi begitu rileks dan bebas. Aaah, jadi ternyata seperti itu ya rasanya merelakan, membebaskan, melepaskan, dan menjadi ikhlas.
Baca juga: Does Time Really Heal?
Saat itulah gue teringat akan tulisan lama gue itu. Ternyata gue tidak tahu apa yang sebenarnya gue inginkan. Dan untuk kurun waktu yang sangat lama, gue berdoa dan menginginkan hal yang sebenarnya tidak gue inginkan. Such a paradox!
Now I understand, this is how God teaches us a lesson, guides us, and opens our eyes to see the truth, know ourselves better, and in the end know Him better. That moment was suppose to happen to me. And that writing was suppose to produce and to post to give birth to the moment of revelation.
Comments
Post a Comment