RESIGN OR NOT RESIGN

The other day, a dear friend invited me for lunch. Among all the things that we talked about, work was one of them. Kebetulan sekali, minggu lalu gue juga nulis tentang issue serupa: pengalaman gue berhenti bekerja. So, I showed her my writing which you can read it here

Tidak ada ekspresi apa-apa yang dapat gue amati saat ia sedang membaca. However, as soon as she finished reading, ekspresi wajahnya terkesan defensif. Itu seperti menunjukkan ketidaksepahamannya dengan apa yang gue tulis. Dan benar saja dugaan gue. Tak lama kemudian, ia mengemukakan pendapatnya itu.


Sepaham dan tidak sepaham adalah hal yang biasa. Itu hanya perkara sudut pandang. Yang salah adalah gue yang sok tau memasang prediksi dan ekspektasi berdasarkan data dari prior knowledge terhadap past event. 


Baca juga: My Beliefs About Work and Money That Saves My Life


So, I was actually quite surprised mendengar pendapatnya. Tahun lalu ia baru saja resign dan kala itu ia mengemukakan bahwa itu mungkin adalah jalan buat dia untuk mewujudkan impian masa kuliahnya, to run her own business. But then, life went on and turned the table back. Ia harus kembali ke dunia kerja. And as I was there witnessing what happened, of course I totally understood her situation.


Berhenti dan kembali bekerja lagi adalah hal yang normal. Bahkan orang-orang yang telah resign dari corporate job juga tetap kembali bekerja secara mandiri. Jenis dan tempat bekerja hanyalah pilihan dan jalan hidup yang dilakoni masing-masing dari kita.


Di YouTube, banyak banget content creator yang membuat video tentang berhenti dari tempat kerja dan bagaimana hidup mereka menjadi lebih baik setelahnya. Kalau kemudian video semacam itu semakin banyak dan ternyata ada orang-orang terdekat kalian yang juga memilih jalan yang sama, it doesn’t mean that you have to take the same path.


Photo by James Wheeler: pexels

Era informasi yang semakin terbuka membuat ruang berbagi semakin mudah diakses. Karena semakin banyak yang berbagi akan hal yang sama, algoritma platform yang digunakan menampilkan informasi serupa. Namun resign dan memilih jalan lain bukanlah trend atau gaya hidup sehingga tak perlu diikuti jika memang tidak sesuai dengan kalian. So, tak payahlah untuk menjadi FOMO dan gegabah mengambil jalur yang sama tanpa persiapan yang matang.


Resign dari pekerjaan dan mengambil jalur lain dalam hidup yang ternyata cocok dengan orang tersebut, tak lebih hanya pilihan hidup saja. Sama seperti kita memilih pakaian, sepatu, atau skincare yang cocok untuk kita. Kita lah yang lebih tahu karakter dan kebutuhan diri kita sendiri. 


Baca juga: I Quit My 9-5 Job and Choose to Live in Uncertainty


Let’s take two beautiful intelligent women, Najwa Shihab and Marissa Anita, as an example. Kedua wanita yang sangat kharismatik ini adalah jurnalis handal negeri kita. Setelah sempat bekerja pada stasiun TV yang sama, keduanya kemudian memilih jalan mereka sendiri-sendiri.


Najwa Shihab semakin memperkuat dan memperjelas arah karirnya dengan mendirikan Narasi. Sementara Marissa Anita asyik menikmati hidup dengan menjadi kembali menjadi aktris, membuat konten “On Marissa’s Mind” yang banyak membahas soal stoikisme, hingga ternyata tidak lagi memiliki media sosial sebagaimana wawancara Dave Hendrik di channel Harper’s Bazaar Indonesia yang videonya bisa ditonton di sini.


Setahun kemudian, channel yang sama mempertemukan keduanya dalam video yang gue taut di sini. Dalam video itu mereka saling bercerita tentang jalan yang sekarang mereka tempuh dan keduanya sama-sama menikmati kehidupan masing-masing.Sebelum wawancara dengan Dave Hendrik itu, telah ada video obrolan Marissa Anita dan Najwa Shihab di channel yang sama (videonya


I happen to take the path that Marissa takes. It just suits me. But boy oh boy… Don’t we love Najwa Shihab for who she is as a person as well as what she does that gives great impact to our country and us all?


Baca juga: Mungkin Ini Alasan Kenapa Kamu Belum Memulainya


So, one’s decision to resign is only a matter of choice karena masing-masing dari kita menjalani kehidupan yang berbeda-beda. And when people share it with the world, it’s nothing but the way they express themselves. Sama seperti kita membagi foto-foto liburan kita di akun medsos.


This is a kind of agree-to-disagree situation. But again, itu karena kita menjalani hidup kita yang berbeda dari orang lain. Kita memiliki alasan kita sendiri. Kita mempunyai kisah kita sendiri yang pasti berbeda dengan kisah orang lain. In the end, bukankah kita memilih jalan hidup yang membuat kita sendiri bahagia? And I believe we are all on the same path for that.


To sum it up, I think the question is not as simple as resign or not resign, but rather why resign? Is it something you can still work on, fix about, or discuss with? What happens after resign? What’s your next plan? Have you prepared? Do you have enough savings?


Kalau resign adalah jawabannya, then you will be guided and the path will be opened for you. I wish you all the best of luck in life, work, finding and living your own path in life.

Comments

Popular posts from this blog

MY BELIEFS ABOUT WORK AND MONEY THAT SAVE MY LIFE - LIKA-LIKU PERJALANAN GUE KERJA

I QUIT MY 9-5 JOB AND CHOOSE TO LIVE IN UNCERTAINTY - BEST DECISION EVER!

IS MARRIAGE FOR EVERYONE?