Posts

STOP GALAU! PUTUSKAN SEKARANG JUGA

Image
Photo by DS stories: https://www.pexels.com Beberapa hari lalu gue menulis tentang bagaimana gue kembali berlatih untuk mengambil keputusan berani dengan resiko yang sangat signifikan. Gue memberi judul tulisan itu “ Clearing My Energy ”. Dan setelah semalam sempat gusar, pagi ini gue teringat akan hal yang terjadi pada gue dalam tulisan itu, dan kembali membuat keputusan serupa setelah lantang bersuara pada diri sendiri (walau hanya di dalam kepala), “Stop galau! Putuskan sekarang juga.” There’s a saying, “ There is no such right or wrong decision. ” Tidak ada yang namanya keputusan yang salah atau benar. Yang ada hanyalah KEPUTUSAN. Benar atau salah semata merupakan persepsi yang kita buat dengan melakukan korelasi terhadap dampak dari keputusan tersebut. Dengan demikian, keputusan itu sendiri sifatnya netral. Benar atau salah adalah keterbatasan sudut pandang kita dalam melihat keberlanjutan kejadian yang mengiringi keputusan yang kita ambil itu. Bila kita membuat parameter benarnya

LET GO AND TRUST THE PROCESS - WHAT’S MEANT FOR YOU WON’T PASS YOU BY

Image
Photo by Pixabay: https://www.pexels.com Konten tulisan Zen master Haenim Sunim di pertengahan bab dalam buku pertamanya “ T he Things You Can Only See When You Slow Down ”, berhasil memicu issue dalam diri gue yang bahkan tidak gue sadari. Gue cukup kaget mendapati hal itu karena gue begitu menikmati tulisan beliau sejak halaman pembuka. Gue pun menutup laptop dan menunda menyelesaikan membacanya walau itu hanya tinggal beberapa halaman lagi.   Gue terdiam sejenak. Gue benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi, but clearly something was being triggered there - deep inside my heart. Setelah beberapa saat, gue kembali membuka laptop dan mencoba melanjutkan membaca versi digital buku tersebut. But, naaah… it didn’t work. Maka gue putuskan untuk mematikan laptop dan pergi mandi - berharap gue akan merasa lebih segar setelahnya. I noticed that something was happening, akan tetapi otak gue belum menemukan hasil analisisnya. Gue tidak tahu apa itu, apa yang sebenarnya sedang terjadi di

CLEARING MY ENERGY

Image
Dulu, enam hingga delapan tahun lalu, saat gue merasakan ketidaknyamanan di tempat kerja yang semakin membuncah, pikiran tentang resign terus menghantui gue. Gue tidak keberatan melepaskan jabatan dan semua fasilitas yang disediakan. Gue tidak khawatir tentang bagaimana nasib gue nanti - apakah akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik atau justru sebaliknya. Akan tetapi yang gue khawatirkan adalah pikiran dan ketakutan gue sendiri.  Like a broken record, gue terus-menerus bertanya pada diri sendiri. Kalau gue resign, apakah itu berarti kemampuan gue dalam bekerja (in which pressure is part of it) dan menjalankan fungsi sebagai social being (walaupun dalam lingkup sekecil tempat kerja) sangat buruk? Sebegitunya gue memandang rendah diri gue. Gue gaslighting diri gue sendiri seperti berkata, “Segitu doank aja lemah. Semua orang yang kerja juga pasti ngerasain hal serupa. Ga susah baperlah.”  Nataliya Vaitkevichwww.pexels.com Di lain kesempatan gue menyelimuti diri gue dengan rasa takut

TAKING MY BODY ON A BREAKFAST DATE

Image
Gue memasukkan kembali meal prep yang sudah gue siapkan kemarin ke dalam kulkas. I’m in the mood of taking myself on a breakfast date that morning. Gue membayangkan betapa santainya menikmati secangkir hot cappucino dan croissant. Maka, meluncurlah gue ke satu-satunya cafe yang gue tau sudah buka di jam sepagi itu di kota ini. Cafe dengan cabang di berbagai penjuru dunia itu tampak sepi. Hanya ada dua orang barista yang sedang berbicara di dalam. Gue memberi sinyal dari balik pintu kaca sebelum mendorongnya terbuka untuk mengkonfirmasi jika cafe sudah buka. Kedua barista itu tersenyum ramah, mengangguk dan mempersilakan gue masuk. Di beberapa tempat langganan, gue sudah tau menu fave gue dan itu memudahkan gue untuk tidak menghabiskan waktu menelusuri daftar menu yang panjang sambil membuat pertimbangan dan menanyakan tubuh serta my pallete apa yang sedang ingin gue makan saat itu. Maka, dengan fasih, gue pun langsung memesan satu hot cappucino ukuran tall tanpa gula.  Photo by Esra Nu